Kementerian Kependudukan &

Pembangunan Keluarga/BKKBN

Provinsi Sulawesi Tengah

2 anak lebih sehat

INformaSi digiTAL (INSTAL) seputar Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana)

di Provinsi Sulawesi Tengah

Geografi & Demografi Sulawesi Tengah

 

Informasi geografi & demografi provinsi sulawesi tengah

Program

 

Informasi Program pembangunan keluarga, kependudukan & keluarga berencana (bangga kencana) di provinsi sulawesi tengah

Inovasi Program

 

Upaya lebih membumikan program pembangunan keluarga, kependudukan & keluarga berencana (bangga kencana) di provinsi sulawesi tengah

Buletin Stunting Sulteng

Kabar Berita

Antara Tradisi dan Realitas dalam Konteks Program KB di Desa Jayabakti

Sulawesi Tengah merupakan provinsi terluas di Pulau Sulawesi dengan luas daratan 61.841,29 km², luas lautan kurang lebih 189.480 km², dengan jumlah 1.134 pulau (Fikrah dkk., 2022). Dengan luas lautan yang tiga kali lipat luas daratannya, Sulawesi Tengah mempunyai kekayaan budaya yang sangat menarik. Salah satu bukti nyatanya adalah pemukiman masyarakat Bajo. Suku Bajo merupakan suku yang sebagian besar hidup di lautan atau pesisir pantai. Mereka senang dan nyaman membangun rumah-rumah atau tempat peristirahatan mereka di pinggir pantai dan tidak sedikit pula yang membangun di atas laut. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar kehidupan sehari-hari mereka baik dari pekerjaan ataupun mata pencarian berasal dari laut.

Di Kecamatan Pagimana Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah tepatnya di daerah pesisir pantai terdapat sebuah Desa yang bernama Desa Jayabakti. Ada banyak hal yang menarik dari Desa tersebut, salah satunya yaitu menurut sebuah artikel pada tahun 2022 Desa tersebut dinobatkan sebagai Desa berpenduduk terpadat di Dunia (Timpola, 2022). Dan kemudian terkonfirmasi dengan data tahun 2023 jumlah penduduk di Desa tersebut sekitar 5.459 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sekitar 1.386 KK (Pendataan keluarga, 2023). Dan mungkin saja sekarang penduduknya sudah mencapai lebih dari itu bahkan mungkin sudah mencapai 6000 jiwa dengan luas wilayah ± 14.597 km2 (Timpola, 2022). Wow.. sungguh menakjubkan ya?. Tidak terbayang kira-kira dalam satu rumah terdapat berapa jumlah keluarga?.

Setelah berkoordinasi dengan petugas BKKBN setempat (Ika Ariningrum SKM), yang bekerja dan bertugas sebagai penyuluh KB sejak tahun 2019 sampai sekarang, yang sebelumnya dari tahun 2011-2012 bertugas di Puskesmas Pagimana dan tahun 2015 di BKKBN, bahwa dalam satu rumah bisa di tempati 3 sampai 5 KK bahkan lebih, dengan luas bangunan rumah tidak memadai, belum lagi jumlah anak dalam 1 KK bisa 3 bahkan ada yang sampai 8 anak. Sungguh budaya oke gass? hehe. Untuk sekat tempat tidur sendiri mereka hanya memakai gorden-gorden untuk menutupinya. Dan jika ada yang ingin melakukan hubungan suami istri mereka pergi ke tempat lain dan tidak melakukannya di dalam rumah. Informasi tersebut berdasarkan data-data yang telah terkonfirmasi dengan benar oleh petugas penyuluh KB setempat. Data PUS (pasangan usia subur) sendiri per Februari 2024 berjumlah kurang lebih sekitar 848 pasangan dalam 4 Dusun. Mengikuti atau menjadi peserta KB adalah 648 pasangan, bukan peserta KB berjumlah 200 pasangan dengan keterangan hamil, ingin anak segera (IAS), ingin anak tunda (IAT) dan tidak ingin anak lagi (TIAL). Di sisi lain di Desa tersebut juga sering dilakukan penyuluhan, pelayanan KB dan alokon ketika ada jadwal pelayanan pada ibu hamil.

Mayoritas pekerjaan mereka adalah nelayan karena hidup di pinggir pantai dan sebagian besar pendidikan mereka adalah lulusan SMP, tetapi tidak sedikit pula yang berpendidikan SMA bahkan sudah ada yang sampai sarjana. Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kepadatan penduduk di Desa ini. Baik dari segi perekonomian, pendidikan, pengetahuan tentang kesehatan juga masih kurang dan faktor sosial lainnya yang mempengaruhi, seperti pergaulan yang tidak sehat alias pergaulan bebas dan kenakalan remaja yang tinggi. Walaupun pemerintah menetapkan usia menikah produktif 21 sampai 25 tahun demi kesiapan lahir dan batin, tetapi di Desa ini sering terjadi pernikahan dini bahkan ada anak yang masih usianya di bawah umur (12 tahun) sudah melahirkan akibat pergaulan bebas tersebut. Dan akhirnya anak-anak yang di bawah umur ini hanya dinikahkan secara agama, jika sudah cukup umur baru akan didaftarnya secara negara. Sehingganya tidak heran jika di Desa ini banyak calon pengantin beresiko.

Hal-hal di atas yang kemudian membuat petugas kesehatan baik dari Puskesmas maupun BKKBN sendiri sangat bekerja keras untuk tetap selalu memberikan edukasi dan pemahaman kesehatan terutama tentang reproduksi. Dan harapannya juga semoga masyarakat Desa Jayabakti bisa terpapar lebih mengenai sanitasi higiene. Ini merupakan PR besar bukan hanya petugas kesehatan setempat melainkan PR besar bagi kita dari semua lintas sektor terkait. Dan yang sangat perlu ditanamkan sejak dini adalah pendidikan agama. Semoga kita dan anak-anak kita bisa terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Aamiin...

Sumber:

  • Fikrah M., dkk. 2022. Identifikasi Perubahan Pola Pemukiman Suku Bajo di Desa Jaya Bakti Kecamatan Pagimana Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Jurnal “ruang“ VOLUME 16 NOMOR 1 Maret 2022 (ISSN : 2085 6962)
  • Laporan Pendataan Keluarga (2023) Data Primer Oleh Petugas Penyuluh KB Desa Jayabakti.
  • Timpola R., 2022. Mengenal Lebih Dekat Jayabakti, Desa Berpenduduk Terpadat di Dunia. https://luwuktimes.id/mengenal-lebih-dekat-jayabakti-desa-berpenduduk-terpadat-di-dunia/. Luwuk Times: Artikel diakses 18 Maret 2024 pukul 18.01 WIB