Kementerian Kependudukan &

Pembangunan Keluarga/BKKBN

Provinsi Sulawesi Tengah

2 anak lebih sehat

INformaSi digiTAL (INSTAL) seputar Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana)

di Provinsi Sulawesi Tengah

Geografi & Demografi Sulawesi Tengah

 

Informasi geografi & demografi provinsi sulawesi tengah

Program

 

Informasi Program pembangunan keluarga, kependudukan & keluarga berencana (bangga kencana) di provinsi sulawesi tengah

Inovasi Program

 

Upaya lebih membumikan program pembangunan keluarga, kependudukan & keluarga berencana (bangga kencana) di provinsi sulawesi tengah

Buletin Stunting Sulteng

Kabar Berita

Kemendukbangga/BKKBN Sulteng Gelar Halalbihalal Bersama Mitra

 

Palu – Sebuah momen yang tak sekadar seremonial, namun menyiratkan makna kebersamaan dan spiritualitas. Itulah atmosfer yang terasa pada Senin pagi (22/4/2025) atau 22 hari pasca gema takbir merayakan Hari Raya Idul Fitri 1446 H, saat Kementerian Kependudukan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Tengah menggelar halal bihalal di Ruang Pola.

Ruang itu disulap menjadi tempat penuh nuansa Islami. Deretan ketupat hias tergantung di bagian depan panggung, hijau, putih dan krem mendominasi, menenangkan mata. Panggung pun beralih fungsi menjadi mimbar cantik untuk pembacaan ayat suci, dihiasi lampu lembut, karpet bersih, dan taburan ornamen bernuansa religi. Tamu undangan memadati ruangan dengan pakaian senada putih dan krem, menyimbolkan kesucian dan kesederhanaan. Bahkan hingga ke luar tenda pun, para undangan duduk rapi, menanti dengan khidmat jalannya acara.

Acara dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an Surah Ali Imran ayat 133–136 oleh Qari muda, suaranya merdu, sampai kedalaman hati. Suasana hening, hanya lantunan ayat yang bergema, membuat para hadirin sejenak larut dalam perenungan spiritual. Pun pembacaan terjemahan, semua ikut menghayati makna kitab suci Allah Swt yang dijadikan mukjizat NabiNya, Rasulullah Muhammad Saw.

Suasana kemudian berganti menjadi lebih hangat dan ceria, saat vocal group dari Forum Generasi Berencana Sulteng tampil membawakan dua lagu religi dengan pakaian seragam hitam putih. Kehadiran Forum GenRe juga terasa istimewa: tak hanya tampil sebagai penghibur, mereka pun menjadi pemandu acara yang fasih dan menyenangkan.

Akhirnya, puncak acara adalah ketika Prof. Dr. KH. Zainal Abidin, M.Ag., Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Sulteng sekaligus Ketua Majelis Ulama Indonesia Kota Palu, memulai tausiyahnya usai Ketua Panitia, Ir. Kartini, M.Si, dan Kepala Perwakilan Tenny. C. Soriton, S.Sos.,MM memberikan sambutan. Duduk santai di kursi panggung, gaya khas Zainal Abidin yang humoris langsung menyita perhatian. Ruang yang sebelumnya hening kini bergema tawa, tanpa kehilangan esensi dari pesan-pesan religius yang disampaikan. Beliau mengajak semua untuk merenungi makna "ketupat", simbol khas Idulfitri yang pertama kali di cetuskan Sunan Kalijaga. Diambil dari kata “kupat” – "ngaku lepat", atau mengakui kesalahan.

“Kalau semua dari kita bisa berkata, ‘saya bisa salah, saya bisa keliru’, maka pasti terbuka pintu maaf bagimu,” ujarnya.

Beliau menyebut, “Manusia itu tempanya salah dan lupa, ibu-ibu kalau ada suaminya  salah dan lupa, maafkanlah, bisanya dia lupa kalau sudah kawin lagi, kalau ditanya kenapa kawin lagi, saya lupa kalau saya sudah kawin” dan ruangan pun tergelak.

Zainal Abidin juga mengulas asal-usul kata “janur” pembungkus ketupat yang katanya berasal dari Bahasa Arab "ja an-nur" (telah datang cahaya). Ketupat sendiri dipahami sebagai simbol hati, dan menurut penafsiran Sunan Kalijaga, hati seseorang yang baru menyelesaikan ibadah puasa adalah hati yang telah disirami, didatangi, dan dipenuhi oleh cahaya Tuhan. Cahaya itulah yang menjadikan hati menjadi bersih, putih, dan suci.

“Seseorang yang telah berpuasa sebulan penuh, lalu kembali fitri, hatinya bersih. Kalau ketupatnya dibelah, putih, kan? Kecuali berasnya raskin,” ujarnya, memancing tawa hadirin.

Ceramahnya menjelaskan pula makna "kupat" dari bahasa Jawa selain ngaku lepat (mengakui salah), juga dari kata ngaku papat (empat pengakuan) yaitu Lebaran; berarti sudah tidak berpuasa, tanda kembali pada fitrah. Luberan; artinya pahala dan amal ibadah selama Ramadan telah meluber karena sedekah, membantu fakir miskin, dan para janda. Meleburan; semua dosa dan kesalahan telah dilebur dan diampuni oleh Allah SWT. Laburan; berasal dari kata “kapur putih” yang digunakan untuk menjernihkan air atau memutihkan dinding; melambangkan hati yang bersih dan suci setelah Ramadan.

Pesan-pesan toleransi dan kebersamaan begitu kuat. Zainal Abidin menegaskan bahwa meminta maaf dan memberi maaf tidak terbatas pada sesama Muslim. “Orang berhalal bihalal bukan saja umat islam tetapi dengan non muslimpun kita boleh berhalal bihalal karena manusia bisa melakukan kesalahan dan dosa bukan hanya kepada orang islam tetapi juga kepada non muslim” ungkap mantan Ketua STAIN Datokarama Palu yang kemudian berubah nama menjadi IAIN, dan terakhir UIN Datokarama Palu.

Pesannya dalam membangun keharmonisan pun mengena. Ia menekankan pentingnya untuk tidak memonopoli kebenaran dalam kehidupan sosial maupun antar umat beragama. “Tidak perlu menjadi benar dengan menyalahkan orang lain, tidak perlu menjadi baik dengan mejelekkan orang lain, tidak perlu menjadi tinggi dengan merendahkan orang lain, pribadi yang baik akan selalu bercahaya dimanapun dia berada,” katanya penuh makna.

Acara ini juga menjadi ajang silaturahmi dengan kehadiran berbagai mitra kerja yang turut mempererat hubungan lintas sektor. Hadir di antaranya Pengurus Masjid Assakinah, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palu, Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes), Kementerian Agama, Dinas P2KB Provinsi Sulawesi Tengah, Dinas P2KB Kota Palu, Sigi, dan Donggala, Ikatan Penyuluh KB Sulawesi Tengah, Dharma Wanita Persatuan, Rekan Jurnalis dan Juang Kencana, Koalisi Kependudukan, Mitra Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting Sriti Convention Hall Palu, Kepala Bank Mandiri KC Palu Samratulangi, Ketua Umum HIPMI Kota Palu, Direktur PT. Coco Citra Celebes (Hotel Best Western Palu), Direktur PT. Narata Palu City (Hotel Santika Palu), Ketua Kelompok SPPG MBG Sulawesi Tengah, Direktur PT. Citra Palu Minerals, Direktur CV. Rama Garden Hotel. Kehadiran para mitra ini menandai eratnya kolaborasi antara Kemendukbangga/BKKBN dan seluruh elemen masyarakat, swasta, dan pemerintah dalam membangun keluarga berkualitas serta mencegah stunting di Sulawesi Tengah.

Di akhir acara, momen yang paling ditunggu pun tiba: berjabat tangan. Satu persatu peserta saling bersalaman, menghapus sekat, membangun kembali jembatan silaturahmi. Suasana haru dan hangat terasa nyata di seluruh penjuru ruangan.

Halal bihalal ini bukan hanya perayaan pasca Idul Fitri, tapi wujud nyata dari nilai-nilai kekeluargaan, kebersamaan, dan toleransi, cermin dari semangat kerja Kemendukbangga/BKKBN Perwakilan BKKBN Sulawesi Tengah yang tak hanya mengurusi pembangunan keluarga secara teknis, namun juga secara spiritual dan sosial. Lanyolla